tentang ilmu
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhvwRSbcU7k-qeiHtoKqVKMQknF7hxmawWIg2CgvkoJsn40YTDZv2C4a0xQ3aQuWwL8ZVYm49BxkibBi9VZTDnsBvY9Qf1VcM3wjZwX67sZfE1PcUtrkHHmwEUlt8KsO6fGA-2rH9QBIyw/s72-c/Mecca+%25285%2529.jpg
landasan utama saat belajar adalah aqidah
عَنْ
جُنْدُبِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ كُنَّا مَعَ النَّبِىِّ -صلى الله
عليه وسلم- وَنَحْنُ فِتْيَانٌ حَزَاوِرَةٌ فَتَعَلَّمْنَا الإِيمَانَ
قَبْلَ أَنْ نَتَعَلَّمَ الْقُرْآنَ ثُمَّ تَعَلَّمْنَا الْقُرْآنَ
فَازْدَدْنَا بِهِ إِيمَانًا »
Dari Jundub bin ‘Abdillah, ia berkata, kami dahulu bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
kami masih anak-anak yang mendekati baligh. Kami mempelajari iman
sebelum mempelajari Al-Qur’an. Lalu setelah itu kami mempelajari
Al-Qur’an hingga bertambahlah iman kami pada Al-Qur’an. (HR. Ibnu Majah,
no. 61. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)Ada beberapa faedah dari hadits di atas:
- Para sahabat ketika kecil sangat semangat mempelajari hal iman (berbagai hal terkait rukun iman) sebelum perkataan dan perbuatan.
- Para sahabat kecil juga semangat mempelajari dan menghafal Al-Qur’an.
- Para sahabat sangat semangat belajar agama.
- Pentingnya membekali diri dengan iman dan mempelajarinya, mulai dari beriman kepada Allah, iman kepada malaikat, iman kepada kitab Allah, iman kepada para Rasul, iman kepada hari akhir dan iman kepada takdir. Inilah asas akidah yang mesti ditanamkan dalam diri. Itulah yang kita kenal dengan rukun iman yang enam. Iman seperti ini yang harus ditanamkan dengan benar sebelum mempelajari Al-Qur’an.
- Mempelajari Al-Qur’an jadi bermanfaat jika memiliki bekal iman yang shahih.
- Akidah hendaklah sudah ditanamkan pada anak-anak kita sejak dini. Sudah benarkah imannya pada Allah, sebagai penciptanya, pemberi rezeki, dan pengatur alam semesta. Semisal pula, sudah benarkan ia jadikan Allah sebagai satu-satunya ilah.
Dalam dakwah juga mesti memprioritaskan dakwah pada akidah.
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,
لَمَّا
بَعَثَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – مُعَاذًا نَحْوَ الْيَمَنِ
قَالَ لَهُ « إِنَّكَ تَقْدَمُ عَلَى قَوْمٍ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ
فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَى أَنْ يُوَحِّدُوا اللَّهَ
تَعَالَى فَإِذَا عَرَفُوا ذَلِكَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ فَرَضَ
عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِى يَوْمِهِمْ وَلَيْلَتِهِمْ ، فَإِذَا
صَلُّوا فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ زَكَاةً فِى
أَمْوَالِهِمْ تُؤْخَذُ مِنْ غَنِيِّهِمْ فَتُرَدُّ عَلَى فَقِيرِهِمْ ،
فَإِذَا أَقَرُّوا بِذَلِكَ فَخُذْ مِنْهُمْ وَتَوَقَّ كَرَائِمَ أَمْوَالِ
النَّاسِ »
“Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus Mu’adz ke
Yaman, ia pun berkata padanya, “Sesungguhnya engkau akan mendatangi kaum
dari ahli kitab. Maka jadikanlah dakwah engkau pertama kali pada mereka
adalah supaya mereka mentauhidkan Allah Ta’ala. Jika mereka telah
memahami hal tersebut, maka kabari mereka bahwa Allah telah mewajibkan
pada mereka shalat lima waktu sehari semalam. Jika mereka telah shalat,
maka kabari mereka, bahwa Allah juga telah mewajibkan bagi mereka zakat
dari harta mereka, yaitu diambil dari orang-orang kaya di antara mereka
dan disalurkan untuk orang-orang fakir di tengah-tengah mereka. Jika
mereka menyetujui hal itu, maka ambillah dari harta mereka, namun
hati-hati dari harta berharga yang mereka miliki.” (HR. Bukhari, no. 7372; Muslim, no. 19).Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أُمِرْتُ
أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ
اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ ، وَيُقِيمُوا الصَّلاَةَ ،
وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ، فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ عَصَمُوا مِنِّى
دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلاَّ بِحَقِّ الإِسْلاَمِ ، وَحِسَابُهُمْ
عَلَى اللَّهِ
“Aku diperintah untuk memerang manusia hingga mereka bersaksi
bahwa tiada ilah (sesembahan) yang berhak disembah selain Allah dan
Muhammad adalah utusan Allah, serta mendirikan shalat, dan menunaikan
zakat. Jika mereka telah melakukan yang demikian, terpeliharalah dariku
darah serta harta mereka, melainkan dengan hak Islam. Sedangkan
perhitungan mereka diserahkan pada Allah Ta’ala.” (HR. Bukhari, no. 25; Muslim, no. 21)Para ulama pun telah bersepakat (berijma’) bahwa setiap kafir didakwahi pertama kali pada dua kalimat syahadat. Itulah dakwah pertama. (Lihat Dar Ta’arudh Al-‘Aql wa An-Naql, 8: 6)
Wallahu waliyyut taufiq.
Post a Comment